Pengalaman di Pangandaran

Oleh : Dr Rochajat Harun Med.
di : http://www.kabarindonesia.com

Pangandaran tidak hanya menyajikan wisata pantai yang indah. Ia juga menawarkan panorama menarik dengan flora, fauna dan gua alami. Pangandaran merupakan salah satu objek wisata yang populer dan mempesona di Jawa Barat. Pantainya yang memiliki atraksi alam yang begitu indah telah banyak menyedot wisata lokal maupun mancanegara. Tak heran bila kampung nelayan kecil ini mengalami kemajuan yang pesat, mulai dari prasarana jalan, penginapan, serta restoran yang tersebar di sekitar pinggir pantai.


Pantai Pangandaran terletak 222 km sebelah selatan Bandung atau 88 km dari Ciamis, memiliki dataran yang mirip pantai Kuta Bali. Galeri seni, pemandu dan biro perjalanan lokal, sampai dengan sewa sepeda dan motor turut mewarnai kehidupan disini. Lokasi Pangandaran yang diapit oleh Samudera Indonesia ini sungguh suatu karunia alam yang patut disyukuri.

Untuk menikmati suasana kawasan wisata ini, tak akan puas bila kita tak bermalam. Kalau kebetulan persediaan kamar hotel habis, kita dapat menikmati peak season ini dengan ber-camping-ria dipinggir pantai. Bila tidak membawa tenda, rumah penduduk dengan fasilitas seadanya pun dapat disewa.

Tidak jauh dari pantai Pangandaran terdapat semenanjung yang menjorok ke laut. Tanjung seluas 530 ha ini terkenal dengan nama Cagar Alam Pananjung atau Hutan Margasatwa Pananjung. Kawasan terujung yang memiliki fenomena alam luar biasa ini berada di titik tertinggi 100 m diatas permuakaan laut.

Memasuki lokasi cagar alam, kita diwajibkan mendaftar di buku tamu di loket PPA. Pendaftaran ini dimaksudkan untuk keamanan pengunjung bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama merambah lokasi hutan. Menurut petugas loket, pernah terjadi serombongan turis asing masuk hutan tanpa pemandu dan baru bisa keluar setelah dua hari, itupun dijemput petugas hutan. Bertua-lang tanpa pemandu di hutan ini memang agak menyulitkan. Jalan setapak yang bercabang-cabang menuju ke berbagai arah membuat pengunjung sering tersesat.

Untuk menghindari hal ini, sejumlah pemandu yang tergabung dalam suatu wadah resmi siap me­nawarkan jasanya dengan tarif Rp 7.500,00 per orang. Pengunjung boleh memilih jalur perjalanan sendiri, apakah langsung menuju air terjun yang terletak di ujung semenanjung dengan lama perjala­nan 3 jam atau bejalan memutar berkeliling selama 6 jam sambil menikmati flora dan fauna yang hidup di hutan itu. Bila sampai ke ujung semenanjung, kita akan menyaksikan kolam renang alam berbentuk danau kecil yang jernih. Air kolam yang jatuh dari puncak bukit langsuug terjun ke laut lepas mengha­dirkan Pemandangan yang begitu menakjubkan.

Perjalanan merambah hutan dan turun naik bukit ini, tentu saja, membutuhkan stamina dan tekad yang kuat. Di samping itu, jangan lupa menyiapkan perbekalan secukupnya selama memasuki lokasi karena di hutan tidak ada warung atau sejenisnya yang menyediakan keperluan pengunjung.­

Sewaktu trekking ke hutan, segerombolan monyet berbulu coklat akan me­nyambut kita saat memasuki hutan. Tampaknya sudah menjadi kebiasaan, bila melihat ada pengunjung datang, mereka bergerombol menanti lemparan oleh-oleh. Ada pula yang asyik bergelantungan di cabang-cabang pohon seolah-olah tak peduli keha­diran manusia. Walanpun tidak cukap jinak, peng­huni hutan ini tidak akan menyerang. Sebuah elusan bersababat dari pengunjung bisa dianggap serangan bagi para monyet, seperti pernah dialami dua turis asing beberapa waktu lalu.

Di pinggir padang rumput yang luas, berdiri sebuah menara yang berfungsi mengawasi banteng dan keadaan sekeliling hutan. Meskipun ada menara pengawas, jangan berharap dapat melihat banteng berkeliaran karena dalam cuaca cerah binatang ter­sebut lebih memilih bersembunyi di bawah pohon atau masuk ke hutan belukar yang lebih sejuk udaranya. Dari kejauhan tampak pula serombongan rusa liar sedang menikmati rumput hijau di bawah sebuah pohon besar Sekali-kali terdengar teriakan panjang yang nyaring dari rusa-rusa itu, seperti mengucapkan selamat datang kepada para pengunjung. Kepada para trekker, selama menjelajah hutan ini hendaknya berhati-hati terhadap ular yang sering menyamar diantara ranting dan daun di atas jalan setapak.

Selain banteng, rusa, monyet, ular, burung merak, pelatuk, tapir, landak, ular python, dan fauna-fauna lain, semenanjung Pangandaran ini juga mengoleksi bermacam-macam flora yang tak kalah indahna. Sulur-sulur rotan yang banyak tumbuh di sini dapat dimanfaatkan oleh para pengunjung untuk bergantung dan mengayun seperti Tarzan. Tentu saja, atraksi seperti ini tak dapat ditemukan di tempat lain.

Bergelantungan di tali alam di tengah rimba belantara, sungguh suatu pengalaman yang menakjubkan. Menurut cerita seorang pemandu (guide), permainan mendebarkan ini sebenarnya pertama dilakukan seorang bule asing, sampai akhirnya diikuti para pemandu yang mengajarkan kepada pengunjung lain.

Walaupun koleksi flora Cagar Alam Pananjung ini tidak sebanyak cagar alam daerah lain, hutan ini menyimpan kebanggaan lain. Rafflesia, bunga bang­kai yang berkembang setiap 4 bulan itu, tumbuh tersebar di lokasi ini. Keberadaan kembang langka ini dapat diketahui dalam radius sekitar 20 meter. Baunya yang khas seperti bau bangkai menyebar ke seluruh penjuru hutan mengundang serangga serangga kecil terbang ke arahnya. Serangga kecil, yang mengira menemukan makanan itu ternyata terjebak. Sebaliknya, si bungalah yang memangsa mereka. Akan tetapi, untuk menemukan kembang ini tidaklah mudah karena disamping perlu penciuman yang tajam juga bergantung dari pengalaman sang pe­mandu. Guide yang sudah sering keluar-masuk hutan biasanya mengambil rute lain yang tidak lazim. Mereka punya tanda-tanda dan jalur khusus yang hanya diketahui oleh mereka sendiri.

Hal lain yang menarik dari lokasi wisata Pangandaran ini adalah adanya air terjun yang menghantam ombak di laut lepas sehingga membuat langkah-langkah rombongan trekker bersemangat. Jalan ke arah bawah air terjun itu memang tidak mudah, perlu keterampilan panjat tebing dan kekuatan tangan. Dengan bantuan pemandu dan akar-akar pohon kita dapat menuruni tebing terjal bersudut 90 derajat. Di sebuah tempat yang agak datar, pemandangan yang sangat indah telah menanti di bawah jurang. Sebuah air terjun yang jatuh bebas membentuk danau kecil yang mengalir ke laut dengan pantai karang setengah lingkaran.

Ombak besar yang tak henti menghantam dinding karang menimbulkan suara gemuruh dahsyat. Sementara di ujung pantai kita dapat menyaksi­kan ombak setinggi hampir 6 meter pecah membentur karang. Tepat di muara air terjun, di atas bukit setinggi 40 m tampak para pelancong, turis asing dan lokal, duduk-duduk di mulut air terjun sambil memandang ke arah samudra pantai selatan. Tidak jauh dari tempat itu para pengunjung yang ingin berenang dapat langsung mencebur diri ke kolam kecil yang berkedalaman 3 meter.

Menyusuri jalan pulang, pemandu memilih jalan lain yang lebih datar. Dalam rute ini akan kita jumpaii gua Jepang peninggalan Perang Dunia II dan makam seorang ulama yang berjasa menyebarkan agama Islam di daerah ini. Di hutan ini, menurut cerita pemandu, sering dijadikan lokasi pembuatan film nasional.

Perjalanan yang cuknp melelahkan ini masih dilanjutkan dengan menelusuri pantai timur yang dipenuhi perahu nelayan dan para wanita yang ramai-ramai menarik jala ke pantai. Kegiatan ini bagi para turis asing merupakan pemandangan yang menarik. Tak jauh dari situ terdapat pasar kecil, terdiri darii deretan rumah makan yang menyediakan berbagai makanan laut (seafood) yang masih segar dengan harga murah. Menu yang disajikan pun bermacam-macam. Ada kepiting saus tiram, ikan bakar, udang rebus dan bakar, dan lain-lain.

Selanjutnya rombongan menuju pantai barat Pangandaran yang merupakan pantai teramai di lokasi ini. Pada saat-saat tertentu pengunjung dapat menyaksikan ikan hiu totol dengan panjang sekitar 4 meter terdampar di pinggir Pantai. Menurut penduduk, ikan tersebut terdampar karena suhu laut yang meningkat.

Bagi pengunjung yang berminat mengarungi samudera, perahu-perahu tradisional yang sudah dilengkapi motor milik para nelayan siap membawa kita melaut. Dengan tarif Rp 15.000,00 – Rp20.000, pergii pulang, kita akan puas menikmati pasir putih, taman laut, gua walet yang bersarang di gua pinggir laut, dan batu karang beraneka bentuk. Petualangan ini memang cukup mendebarkan. Baga­imana tidak, dengan perahu yang panjangnya hanya 3 m kita harus menerobos gulungan ombak yang rata-rata berketinggian 3 m pula, yang lebih cocok untuk pencinta olahraga selancar (surfer).

Sesampainya di daratan seberang, kita akan dihibur pemandangan pasir putih di pantai nan permai, tenang dikelilingi laut yang transparan. Sebuah taman laut yang dihiasi karang dan ikan aneka warna akan menenteramkan hati kita. Selain itu, bila si penumpang ingin lebih lama menikmati pantai, berenang, berjemur, atau mencari kerang-kerangan. Pengemudi perahu dengan suka rela me­nunggu atau menjemput kembali, tergantung per­janjian awal.

Yang tak kalah menarik adalah menikmati pa­norama sore di bawah cahaya lembut sang mentarii menyambut malam. Warna laut yang keperakan berpadu dengan cahaya jinggga di kaki langit meng­hadirkan suasana senja yang sangat indah dan romantis. Lebih-lebih bagi mereka yang sedang pacaran atau berbulan madu memadu kasih. Seiring datangnya malam, para pengunjung perlahan-lahan meninggalkan pantai menuju penginapan masing­-masing.

Pangandaran, 4 April 2009

Tinggalkan komentar